Selasa, 31 Desember 2013

SUKSESNYA SEORANG PENJAHIT

SUKSESNYA SEORANG PENJAHIT

Peternak Itik yang Gagal Menjadi Penjahit yang Sukses Oleh : MUHAMMAD JAYA dan BAJANG “Kesuksesan dan keberhasilan tidak ditentukan orang lain. Hanya dengan kerja keras cita-cita seseorang akan tercapai. Tidak ada yang bisa mengubah kehidupan seseorang,kecuali dia sendiri yang mengubahnya” Tamiang LayangKEHIDUPAN pria berumur 40 tahun ini penuh dengan cerita untuk meraih kehidupan yang sukses seperti sekarang ini. Pahit-manis kehidupan, gagal bangkit lagi, begitulah seterusnya perjuangan hidup seorang Abadi.Sejak dilahirkan di Kelua, Kabupaten Tabalong, Kalsel, Abadi besar di kampung halamannya ini. Tidaklah sebaik nasib kehidupan teman sebayanya yang lebih sukses duluan. Maklum, Abadi tak memiliki bekal pendidikan yang cukup. Ia hanya bersekolah hingga tingkat sekolah dasar. Padahal, faktor pendidikan sangatlah penting dalam mengubah kehidupan menjadi lebih baik.Tak akan mampu bertahan hidup jika tak memiliki pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan. Abadi remaja pun berpikir keras pekerjaan yang cocok bagi dirinya dan sesuai dengan kondisi ekonomi yang pas-pasan. Begitu lama terpikir, inspirasi pun mengalir jika pekerjaan yang pas untuk mendapatkan uang adalah beternak itik.Hari demi hari, bulan demi bulan, hingga usaha memelihara hewan unggas itu dilakoni Abadi hingga empat tahun lamanya. Usaha dengan titik keringat dan tanpa mengenal waktu itu tidak sesuai yang diharapkannya. Penghasilannya dari menjual itik dan telurnya tidak sebanding dengan modal dan tenaga.Pada titik jenuh dan frustasi, apalagi kala itu Abadi sudah memiliki tanggungjawab untuk menghidupi istri dan dua anaknya, Abadi pun mulai gelisah dengan usahanya yang jalan di tempat, bahkan mulai merugi.Tidak ada kata lain, tahun 2009 ia nekat merantau meninggalkan kampung halaman tempatnya dilahirkan dan dibesarkan. Dan berharap, di perantauan nasib dan kehidupannya akan membaik daripada di kampung halamannya. Modal ke perantau tidaklah banyak. Dipilihlah Kota Tamiang Layang, ibukota Kabupaten Barito Timur, yang jarak dari kampung halamannya sekitar 25 kilometer. Bahkan Abadi merelakan harus berpisah sementara dengan istri dan anaknya karena keterbatasan biaya membawa ke perantauan. Sebagai kabupaten baru pemekaran dari Kabupaten Barito Selatan, di ibukota Kabupaten Barito Timur itu Abadi mulai merintis usaha di bidang jasa penjahitan pakaian. Bermodalkan mesin jahit butut yang dibelinya dari orang lain serta menyewa tempat yang ukurannya kecil, perlahan Abadi mulai didatangi pengguna jasanya. Ada yang minta dibuatkan baju dan celana, tapi ada pula yang hanya untuk menambal bagian kain yang robek.Kerja keras di perantauan Kota Manuwu, mesin jahit butut manual terus kebanjiran order. Kehidupan Abadi pun mulai membaik. Bahkan setiap ada untung, hasilnya dikirim untuk istri dan anaknya di Kelua yang juga membantu perekonomian keluarga dengan mengelola sawah. Demikian pula ditabung untuk membeli mesin jahit yang lebih moncer.Tidak itu saja, Abadi juga bisa menyisihkan hasil kerja keras itu untuk mendukung kelancarannya sebagai penjahit. Satu unit sepeda motor dibelinya, meski dengan cara kredit dicicil. Tak terasa, cicilan itu berakhir sehingga motor itu statusnya sudah milik Abadi.Kewalahan dengan order jahitan, tentu saja tidak bisa ditangani oleh Abadi sendiri. Ia pun berniat mempekerjakan adik kandungnya yang berada di Kelua. Di Kelua pun Abadi membuka cabang yang dikelola oleh adik kandungnya. Terkadang, order pengguna jasa di Tamiang Layang dikirim ke cabang di Kelua, sehingga pelanggannya tidak merasa lama menunggu memakai pakaian jadi hasil jahitannya.Dari usaha yang dirintis dengan susah payah itu, dalam satu hari Abadi mendapatkan rata-rata penghasilan Rp300.000. Jika dihitung dalam satu bulan atau 30 hari, maka pendapatannya mencapai Rp9 juta, penghasilan yang jauh lebih besar dari seorang pejabat setingkat di pemerintahan.Kebanyakan pelanggan yang datang menggunakan jasa Abadi dari kalangan guru maupun PNS, serta masyarakat umum. Makanya, order membanjir ketika tahun ajaran baru maupun tahun anggaran baru.Namun tidak semulus yang dibayangkan dalam menjalankan usaha. Hinaan, caci maki, ketidakpuasan pengguna jasa menjadi warna melakoni pekerjaan. Namun bagi Abadi, semua itu adalah ujian untuk memperbaiki karya. Karena Abadi punya prinsip, pengguna jasa adalah raja, dan raja harus dilayani dengan sebaik mungkin.Sekelumit kisah kehidupan Abadi itu membuktikan bahwa hidup ini kerja keras. Pepatah pun mengatakan, nasib seseorang tidak akan berubah kecuali dia sendiri yang mengubahnya.*** - See more at: http://www.metro7.co.id/2012/10/peternak-itik-yang-gagal-menjadi.html#sthash.XkZd6VEP.dpuf

Tidak ada komentar:

Posting Komentar